Gagal jantung sendiri merupakan kondisi saat pompa jantung melemah. Sehingga tidak mampu mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah gagal jantung kongesif. Salah satu penyebabnya adalah Penyakit Jantung Koroner. Menilik faktor tersebut ada data dari Kemenkes dalam laman resminya, Depkes.go.id memaparkan survei Sample Regristration System (SRS) pada 2014 di Indonesia. Dalam data itu menunjukkan, Penyakit Jantung Koroner menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke, yakni sebesar 12,9 persen. Di mana salah satunya dari kelompok umur 75 tahun ke atas sebesar 3,2 persen.
Di samping itu ada beberapa faktor penyebab gagal jantung di antaranya:
- Hipertensi
Tekanan darah itu adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah atau arteri. Saat tekanan darah tinggi, otot jantung memompa lebih keras agar dapat memenuhi kebutuhan darah ke semua bagian tubuh.
Alhasil, gagal jantung bisa terjadi. Gejalanya adalah sesak napas, kelelahan, bengkak di pergelangan tangan, kaki, perut, dan pembuluh darah di leher.
- Gaya hidup
Sebuah penelitian di Amerika yang meneliti orang dewasa tanpa tanda-tanda jelas dari penyakit kardiovaskular menemukan bahwa, semakin banyak merokok, semakin besar kerusakan struktur jantung dan fungsinya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa merokok bisa menyebabkan dinding jantung lebih tebal dan darah sulit memompa ke seluruh tubuh hingga bisa menyebabkan gagal jantung.
- Serangan jantung
Serangan jantung adalah kondisi yang terjadi ketika aliran darah yang memiliki banyak oksigen tiba-tiba terhambat otot jantung. Alhasil, jantung tidak mendapatkan asupan oksigen.
- Diabetes
Diabetes adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang berlangsung jangka panjang. Glukosa yang berlebih bisa mengalir ke dalam darah dan merusak pembuluh darah.
Berdasarkan lansiran WebMD, data yang dikeluarkan oleh National Heart Association Amerika Serikat, sekitar 65 persen kematian orang dengan diabetes disebabkan oleh penyakit jantung koroner atau stroke.
Jantung memang tak hanya menyerang pada usia lanjut. Kerusakan pembuluh darah memerlukan waktu yang lama untuk memicu penyakit jantung. Untuk mengatasinya, beberapa cara bisa dilakukan demi mencegah penyakit jantung sedini mungkin. Berikut mengutip situs kesehatan Mayo Clinic.
- Hindari rokok
Merokok adalah salah satu faktor risiko paling signifikan untuk penyakit jantung. Bahan kimia dalam tembakau dapat merusak jantung dan pembuluh darah dengan menyebabkan menyempitnya pembuluh darah karena penumpukan plak. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok juga dapat menggantikan sebagian oksigen dalam darah. Dengan begitu, tekanan darah akan terus meningkat dan jantung 'dipaksa' untuk bekerja lebih keras demi mendapatkan pasokan oksigen yang cukup. Tak ada jumlah batas aman konsumsi rokok. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin tinggi risiko jantung yang mengintai.
- Berolahraga rutin
Berolahraga secara teratur dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Olahraga yang rutin dikolaborasikan dengan gaya hidup sehat membantu Anda terhindar dari penyakit jantung yang membuat Presiden RI ke-3 BJ Habibie meninggal dunia. Aktivitas fisik dapat membantu Anda mengontrol berat badan yang juga menjadi salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular. Lakukan olahraga ringan selama 30 menit. Lakukan itu dalam beberapa hari selama sepekan. Anda juga bisa membagi durasi ideal olahraga ringan untuk mencegah penyakit jantung. Olahraga bisa dilakukan selama 10 menit setiap harinya dalam sepekan.
- Konsumsi gizi yang tepat
Konsumsi gizi yang tepat dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Diet DASH dan Mediterania bisa menjadi pilihan. Pola makan kaya buah-buhan, sayur, dan biji-bijian dapat membantu melindungi jantung Anda. Hindari pula terlalu banyak konsumsi garam dan gula.
- Jaga berat badan
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Obesitas akan membawa Anda pada beberapa kondisi yang berkaitan dengan jantung seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Anda disarankan untuk rutin menghitung indeks massa tubuh. Angka BMI 25 atau lebih umumnya dikaitkan dengan kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan peningkatan risiko jantung serta stroke. Selain itu, lingkar pinggang juga bisa menjadi salah satu alat pengukur yang tepat. Kelebihan berat badan pada pria dapat dideteksi dari ukuran lingkar pinggang yang melebihi 101,6 cm bagi pria dan 88,9 cm bagi wanita.
- Jaga kualitas tidur
Kurang tidur dapat membawa Anda pada risiko obesitas, tekanan darah tinggi, jantung, diabetes, dan depresi. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan waktu tidur sebanyak 7-9 jam setiap malam.
- Kelola stres
Makan berlebih, meminum alkohol, dan merokok bukan cara terbaik untuk mengelola stres. Deretan cara itu hanya membawa Anda pada risiko penyakit jantung. Temukan cara alternatif mengelola stres seperti aktivitas fisik dan meditasi untuk meningkatkan kesehatan.
Penyakit Akibat Stres
Sebenarnya, stres tak selamanya berdampak negatif. Dalam bentuk lain yang dinamakan dengan eustress, stres justru membawa pengaruh baik bagi kesehatan mental. Memicu seseorang untuk lebih termotivasi dan semangat dalam menjalani hidup.
Sayangnya, kebanyakan orang lebih memilih berteman akrab dengan distress. Stres jenis inilah yang membawa dampak negatif baik bagi kesehatan mental maupun kesehatan tubuh secara keseluruhan. Bila tidak segera ditangani, kondisi ini dapat memicu datangnya berbagai jenis penyakit seperti berikut ini.
Berbagai penyakit akibat stres yang perlu diwaspadai :
- Sakit Kepala
Sakit kepala menjadi penyakit akibat stres yang hampir pasti menghinggapi penderitanya. Tegangnya otot juga saraf di kepala akibat stres, dapat menimbulkan sakit kepala tegang, migrain hingga kesemutan di satu atau kedua sisi kepala. Durasinya dapat berlangsung singkat bahkan bertahan lama, bergantung tingkat stres yang dialami.
- Flu
Keterkaitan antara stres dan menurunnya imunitas tubuh telah banyak dibuktikan para ahli. Kadar hormon kortisol yang melonjak tajam ketika stres mampu melemahkan respon imun terhadap berbagai ancaman, termasuk virus flu.
Akibatnya seseorang yang stres lebih mudah terinfeksi flu. Bahkan dapat bertambah parah dan sulit pergi, jika stres yang dialami tak kunjung diatasi.
- Sindrom Kelelahan Kronis
Sindrom kelelahan kronis (chronic fatigue syndrom, CFS) merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan timbulnya gejala berupa kelemahan dan rasa kantuk terus menerus yang tak kunjung pergi meski telah banyak beristirahat.
Meski hingga saat ini para peneliti belum menemukan penyebab utama dari kondisi ini, namun stres diduga kuat memainkan peran besar didalamnya. Curigai apabila mengalami kelelahan yang tak hilang meski telah berbulan-bulan lamanya.
- Gangguan Tidur
Stres membuat otak dipenuhi dengan beban pikiran juga emosi, akibatnya dapat memicu timbulnya gangguan tidur seperti insomnia. Jika dibiarkan berlarut-larut, penyakit akibat stres satu ini dapat berimplikasi pada tekanan darah hingga dapat memperpendek usia.
- Masalah Kesuburan
Hingga saat ini, stres menjadi alasan kuat yang memengaruhi tingkat kesuburan baik pria maupun wanita. Betapa tidak, stres dapat menyebabkan ejakulasi dini pada pria dan terganggunya siklus menstruasi pada wanita. Meningkatkan resiko terjadinya kemandulan hingga memicu keretakan rumah tangga.
- Sakit Punggung
Sikap tubuh yang salah ketika beraktivitas umumnya menjadi penyebab utama terjadinya sakit punggung. Kendati demikian, bila sakit punggung yang dialami terus menetap tak kunjung sembuh, bisa jadi tekanan emosional atau stres-lah penyebabnya.
Stres dapat memicu ketegangan fisik yang menyakitkan dan sering terjadi di jaringan lunak leher, bahu, punggung hingga bokong. Untuk itu, bila pengobatan sakit punggung kerap tidak membuahkan hasil positif, cobalah untuk memperhatikan kondisi mental dan emosional diri.
- Obesitas
Malas berolahraga bukanlah satu-satunya alasan yang menyebabkan seseorang terjebak dalam obesitas. Ada alasan lain dibalik kondisi ini, yakni stres!
Peningkatan hormon kortisol ketika stres mampu meningkatkan nafsu makan dan memicu keinginan mengonsumsi makanan manis juga berlemak. Tubuh pun akan menyimpan lebih banyak lemak, terutama di daerah perut.
- Gangguan Pencernaan
Perhatikanlah bagaimana fluktuasi emosional acap kali merangsang timbulnya reaksi di perut. Jangan heran, karena lambung dan usus memiliki saraf yang terhubung langsung ke otak.
Itulah mengapa ketika stres, tak jarang disertai dengan kedatangan masalah kesehatan pada sistem pencernaan. Stres dapat menyebabkan maag, GERD hingga sindrom iritasi usus atau irritable bowel syndrome (IBS).
- Diabetes
Stres dapat menyebabkan diabetes melalui dua cara. Pertama, mengubah pola makan menjadi buruk. Kedua, membuat pankreas menjadi kesulitan dalam mensekresikan hormon insulin sebagai pengendali gula darah.
- Penyakit Jantung
Banyak jalan bagi stres untuk memancing kedatangan si pembunuh nomor wahid di dunia ini. Stres secara langsung dapat meningkatkan denyut jantung dan pelepasan kolesterol serta trigliserida ke dalam aliran darah.
Stres juga mampu memengaruhi tekanan darah, menyebabkan terjadinya hipertensi yang dapat berakhir pada serangan jantung atau stroke.
- Penyakit Alzheimer
Faktor risiko besar terjadinya penyakit alzheimer dan demensia tak hanya datang dari usia, faktor stres pun dapat menjadi dalang dibalik kondisi ini. Betapa tidak, stres terkait erat dengan terganggunya fungsi otak.
Ketika stres dibiarkan begitu saja/berkepanjangan, maka lambat laun, kadar kortisol dalam darah yang terus meninggi akan menyebabkan kerusakan pada hipokampus, bagian dari otak besar yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan memori dan banyak fungsi lainnya.
- Penyakit Kulit
Stres menyebabkan reaksi kimiawi di tubuh yang membuat kulit lebih sensitif dan reaktif. Hal ini juga dapat membuat penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya menjadi lebih sulit untuk sembuh.
Pernahkah Anda memperhatikan bahwa wajah mengeluarkan lebih banyak minyak saat stres? Hal ini karena stres menyebabkan tubuh membuat hormon seperti kortisol, yang memberitahu kelenjar di kulit untuk membuat lebih banyak minyak. Kulit berminyak lebih rentan terhadap jerawat dan masalah kulit lainnya.
Lebih lanjut, stress dapat memperparah penyakit psoriasis, rosacea, dan eksim pada kulit, terutama eksim kering atau neurodermatitis.
- Depresi
Seakan tak cukup untuk terus memperburuk kondisi kesehatan, stres kronis mampu menempatkan penderitanya berada dalam depresi.
Pada tahap ini, seseorang cenderung terlibat dalam perilaku agresif atau berisiko. Misalnya pelampiasan pada obat-obatan terlarang, menyakiti diri sendiri atau orang lain hingga tak jarang dapat melakukan percobaan pembunuhan.
Melihat berbagai penyakit akibat stres di atas, tak mengherankan apabila stres memiliki keterkaitan erat dengan kematian dini. Memang kita tak dapat menampik kedatangan stres juga masalah dalam hidup. Namun jangan lantas kondisi ini justru menggerus kita dalam keterpurukan.
Hadapi dan kelola lah stres sebaik mungkin. Orientasikan pikiran pada penyelesaian bukan dengan menghindari masalah yang dihadapi. Bila merasa tidak mampu menghadapinya sendiri, bicarakan dengan orang terdekat atau berkonsultasilah dengan psikiater atau psikolog.
Stres
Stres adalah reaksi tubuh yang muncul saat seseorang menghadapi ancaman, tekanan, atau suatu perubahan. Stres juga dapat terjadi karena situasi atau pikiran yang membuat seseorang merasa putus asa, gugup, marah, atau bersemangat.
Situasi tersebut akan memicu respon tubuh, baik secara fisik ataupun mental. Respon tubuh terhadap stres dapat berupa napas dan detak jantung menjadi cepat, otot menjadi kaku, dan tekanan darah meningkat.
Stres sering kali dipicu oleh masalah dalam keluarga, hubungan sosial, atau masalah keuangan. Selain itu, stres juga bisa dipicu oleh penyakit yang diderita. Memiliki anggota keluarga yang mudah mengalami stres, akan membuat orang tersebut juga lebih mudah mengalami stres.
Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik serta melemahkan daya tahan tubuh. Selain itu, stres juga dapat menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan dan sistem reproduksi. Orang yang mengalami stres secara berkepanjangan biasanya juga akan mengalami gangguan tidur.
Gejala Stres
Gejala yang muncul saat seseorang mengalami stres dapat berbeda-beda, tergantung penyebab dan cara menyikapinya. Gejala atau tanda stres dapat dibedakan menjadi:
- Gejala emosi, misalnya mudah gusar, frustasi, suasana hati yang mudah berubah atau moody, sulit untuk menenangkan pikiran, rendah diri, serta merasa kesepian, tidak berguna, bingung, dan hilang kendali, hingga tampak bingung, menghindari orang lain, dan depresi.
- Gejala fisik, seperti lemas, pusing, migrain, gangguan pencernaan (mual dan diare atau sembelit), nyeri otot, jantung berdebar, sering batuk pilek, gangguan tidur, hasrat seksual menurun, tubuh gemetar, telinga berdengung, kaki tangan terasa dingin dan berkeringat, atau mulut kering dan sulit menelan.
- Gejala kognitif, contohnya sering lupa, sulit memusatkan perhatian, pesimis, memiliki pandangan yang negatif, dan membuat keputusan yang tidak baik.
- Gejala perilaku, misalnya tidak mau makan, menghindari tanggung jawab, serta menunjukkan sikap gugup seperti menggigit kuku atau berjalan bolak-balik, merokok, hingga mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
Penyebab Stres
Saat seseorang menghadapi kondisi yang memicu stres, tubuh akan bereaksi secara alami, yaitu dengan melepas hormon yang dinamakan kortisol dan adrenalin. Reaksi ini sebenarnya baik untuk membantu seseorang menghadapi situasi yang berbahaya atau mengancam, sehingga bisa keluar dari situasi tersebut.
Stres sulit untuk dihindari. Jadi, hal yang terpenting adalah cara mengatasi stres, karena bila stres terjadi berkepanjangan, dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Diagnosis dan Penanganan Stres
Bila seseorang tidak dapat mengatasi stres dengan baik dan stres menjadi berkepanjangan, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan psikiater. Terlebih bila stres dialami secara berulang hingga menyebabkan gejala fisik.
Melalui sesi konseling, psikiater akan mencari tahu pemicunya, agar dapat ditentukan penanganannya. Bila stres sudah memengaruhi kerja organ dalam, psikiater akan merekomendasikan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium atau rekam jantung.
Setelah mengevaluasi masalah, kondisi mental, dan kondisi fisik pasien, psikiater akan menentukan tindakan penanganan yang sesuai. Fokus dari penanganan stres adalah untuk mengubah cara pandang dan respon penderita terhadap situasi yang menjadi penyebab stres.
Metode penanganan stres mencakup perubahan gaya hidup, teknik relaksasi, serta psikoterapi.
Perubahan gaya hidup tersebut meliputi:
- Berolahraga secara teratur
- Menerapkan pola makan dengan gizi seimbang
- Membatasi konsumsi kafein
- Menghindari konsumsi alkohol dan NAPZA
- Tidur yang cukup
- Melakukan kegiatan yang menyenangkan hati.
Selain perubahan gaya hidup, upaya penanganan stres juga dapat dilakukan dengan melakukan teknik relaksasi yang dapat meredakan stres, misalnya meditasi, aromaterapi, atau yoga.
Dalam psikoterapi, psikiater akan mencoba untuk menanamkan kepada penderita untuk selalu memiliki pandangan yang positif dalam segala kondisi. Selain itu, psikiater akan meminta pasien membuat tujuan dalam hidupnya, dimulai dari tujuan yang mudah dicapai. Psikoterapi ini akan dilakukan dalam beberapa sesi.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikiater bila Anda merasa mengalami stres yang berkepanjangan.
Source : https://www.alodokter.com/stres
PT Medisindo Bahana kembali ikut serta berpartisipasi dalam event Doc Link 2019 dengan tema Diabetes, Obesity & Cardiovascular yang di selenggarakan pada tanggal 29~30 Juni 2019 di Hotel Novotel Mangga Dua, Jakarta
PT Medisindo Bahana kembali ikut serta di event Hospital Expo (HOSPEX) 2019 Surabaya pada tanggal 24~26 Aril 2019 di Grand City CONVEX Surabaya.
Event berlangsung pada tanggal 24~27 April 2019 di Hotel Novotel, Bandar Lampung. Acara merupakan Musyawarah Kerja Nasional yang ke-XIV dan Temu Ilmiah yang ke XXII.
PT Medisindo Bahana kembali ikut serta pada event ini yang diselenggarakan pada tanggal 29~31 Maret 2019 di Hotel Sheraton, Gandaria City dihadiri oleh 2000 orang.
PT Medisindo Bahana untuk pertama kali nya ikut serta berpartisipasi dalam event Public Safety Indonesia (PSI) yang merupakan platform pertama dan satu-satunya yang bertujuan sebagai wadah untuk menjalin kerjasama antar perusahaan untuk menjamin keselamatan warga, melindungi infrastruktur, meningkatkan layanan darurat dan melaksanakan "Modern Response Strategy" dengan teknologi keamanan publik yang inovatif.
Event ini diselenggarakan pada tanggal 27 Februari – 1 Maret 2019 di Jakarta Convention Center.


