Asupan gula setiap hari sesuai dengan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan adalah maksimal 50 gram atau takaran 4 sendok makan perhari.

  • Kurangi konsumsi makanan olahan yang mengandung gula, garam, dan lemak seperti biskuit, kue dan camilan lainnya, konsumsilah makanan dalam bentuk yang asli contohnya buah-buahan segar
  • Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang memiliki gula tambahan seperti pada minuman bersoda, permen, hingga jus buah yang diberikan pemanis lagi;
  • Baca nilai informasi gizi dari setiap makanan atau bahan makanan yang anda beli
  • Perbanyak konsumsi sayur, buah-buahan, susu rendah lemak.
  • Perbanyak aktivitas fisik ringan seperti jogging, jalan santai atau bersepeda santai;
  • Rutin mengontrol asupan gula per hari dengan rutin melakukan pengecekan gula darah dengan GlucoDr
  • Mulai hidup sehat dengan beraktivitas fisik secara rutin, mengontrol porsi makan, beristirahat yang cukup, mengelola stres

 

Sumber : http://promkes.kemkes.go.id/cara-mengurangi-asupan-gula-setiap-hari#

Ternyata produksi dari protein C-Reaktif, dapat memainkan peranan penting dalam memprediksi resiko penyakit jantung

Sebuah studi menemukan fakta bahwa komponen kunci dari penyakit jantung adalah terjadinya inflamasi atau penyumbatan dan peneliti pun percaya pembuluh  darah kronis yang tersumbat dapat menyebabkan atherosclerosis (peradangan arteri). Tambalan yang meradang dapat melekat dan mulai membentuk plak. Dalam artikel berjudul “The Fire Within”, ilmuwan dari Negeri Paman Sam melaporkan bahwa selama ini, cara orang berpikir terkait plak – dan latar belakang penyumbatan yang memengaruhi arteri – telah berubah dalam beberapa tahun ini:

“[Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya], hampir semua dokter secara yakin menggambarkan atherosclerosis sebagai masalah peredaran darah saja: Fat-laden glunk secara bertahap terbentuk di permukaan dinding pasif arteri. Jika sebuah deposit (plak) telah tumbuh dengan benar, maka akan menyebabkan tertutupnya ‘pipa’ yang terpengaruh tersebut dan dapat mencegah darah dari jaringan yang dimaksud. Setelah itu, jaringan darah yang ‘kelaparan’ tersebut akan mati. Saat bagian dari otot jantung atau otak berhenti berfungsi, lalu akan terjadi stroke atau serangan jantung.

Beberapa pihak percaya penelitian ini dapat menjelaskan suatu hal. Investigasi yang dimulai lebih dari 20 tahun ini menemukan fakta bahwa arteri memiliki sedikit kemiripan dengan pipa-pipa. Arteri ini mengandung sel-sel hidup yang secara rutin berinteraksi dengan yang lain, serta dengan lingkungannya. Sel-sel ini ikut serta dalam perkembangan dan pertumbuhan deposit atheroschlerotic, yang muncul di dalam dan bukan pada dinding pembuluh darah. Selanjutnya, ‘deposit’ ini secara relatif sedikit meluas sehingga dapat menyusutkan aliran darah ke pinpoint. Sebagian besar serangan jantung dan stroke terjadi bukan dikarenakan plak yang pecah secara tiba-tiba, melainkan memicu munculnya gumpalan darah, atau thrombus yang membuat aliran darah tersumbat.”

Seberapa baikkah CRP mampu memprediksi penyakit jantung?

Beberapa ilmuwan telah meneliti jika CRP (C-Reactive Protein) dapat berubah menjadi prediktor yang kuat untuk meramalkan terjadinya penyakit jantung, seperti kadar kolestrol pada tubuh manusia. Hal ini dilatarbelakangi oleh studi terhadap 28.000 wanita yang belum pernah mengalami penyakit koroner sebelumnya (serangan jantung, angina yang tidak stabil, atau kematian fungsi jantung secara tiba-tiba), dan kabar ini diterbitkan di dalam New England Journal of Medicine. Secara mengejutkan, studi ini menemukan fakta bahwa tingginya tingkat CRP merupakan prediktor yang lebih kuat dibandingkan tingginya kadar LDL (buruk) kolesterol dalam tubuh.

Setelah menyamakan beberapa variabel, seperti usia, status merokok, dan diabetes, ditemukan fakta bahwa wanita yang memiliki kadar CRP tinggi akan mengalami serangan jantung atau stroke 2 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang memiliki kadar CRP rendah. Sebaliknya, wanita yang berada di kelompok dengan kadar LDL tinggi hanya berisiko 1 atau 1 ½ kali lebih besar mengalami serangan jantung atau stroke dibandingkan dengan wanita berkolesterol rendah.

Studi ini mampu menjawab pertanyaan para peneliti sebelumnya. Jika seseorang memiliki kadar kolesterol tinggi dan kadar CRP-nya juga tinggi,maka ini akan memprediksikan penyakit jantung. Akan tetapi, jika seseorang memiliki kadar kolesterol rendah, namun memiliki kadar CRP tinggi, belum menutup kemungkinan kalau ia tidak akan mengalami serangan jantung atau stroke.

Saat banyak populasi studi secara berkelanjutan menampilkan hubungan antara meningkatnya kadar CRP dan masalah jantung, peneliti juga berdebat mengenai tingginya kadar CRP yang juga merangsang atherosclerosis. Contohnya, studi pada  tahun 2008 dengan lebih dari 10.000 orang yang memiliki tipe CRP tinggi berdasarkan gen yang mereka dibawa, tidak menemukan fakta peningkatan risiko dari penyakit ischemic vascular, atau masalah yang disebabkan oleh pembuluh darah yang menyempit.

Sebagai tambahan, sebuah review dari ilmuwan di University Ollege, London tahun 2011, dari 83 studi ilmiah terhadap CRP dan penyakit jantung yang melibatkan lebih dari 60.000 pasien, disimpulkan bahwa banyak penelitian yang bias (kurang ilmiah) dan tidak ada rekomendasi klinis yang dapat dibuat setelahnya.

Apakah Sebaiknya Kita Melakukan Tes CRP Atau Tidak?

Bagi Anda yang memiliki risiko penyakit jantung rendah, tes ini tidak disarankan. Akan tetapi, jika Anda berada pada tingkat risiko menengah – di mana Anda memiliki kemungkinan 10–20% mengalami serangan jantung, stroke, kematian fungsi jantung secara tiba-tiba, atau unstable angina 10 tahun ke depan – para ahli menyarankan Anda untuk mengikuti tes ini. Hal ini berguna bagi dokter Anda, guna menentukan perawatan yang tepat bagi Anda di kemudian hari. Jika Anda berada dalam risiko yang tinggi, Anda disarankan harus langsung melakukan perawatan intensif tanpa harus melakukan tes CRP, karena tes tersebut tidak terlalu berguna.

Untuk melakukan tes kadar CRP sebagai faktor risiko untuk penyakit jantung, para dokter menggunakan high-sensitivity CRP assay (hs-CRP), yang lebih akurat daripada versi sebelumnya, yang hanya mengukur kondisi penyumbatan darah lainnya. Skor yang muncul setelah melakukan tes disarankan berada di bawah 1 mg/L. Apabila berada di antara 1.0 dan 3.0 mg/L, Anda mengalami risiko menengah dan jika skor Anda di atas 3.0 mg/L, maka Anda berisiko tinggi mengalami penyakit jantung. Tes untuk menghitung kadar kolesterol dan CRP dapat menggunakan satu sampel darah yang sama.

Apa yang menyebabkan kadar CRP meningkat?

Beberapa faktor risiko terkenal untuk penyakit jantung ternyata dapat meningkatkan kadar CRP. Menurut laporan di Journal Circulation, merokok, tingginya tekanan darah, obesitas, dan kurang olahraga diasosiasikan dengan tingginya kadar CRP dalam tubuh Anda. Gen juga ikut berperan. Apabila kedua orangtua Anda memiliki kadar CRP tinggi, terdapat kemungkinan pula Anda akan memilikinya.

Apa cara terbaik untuk menurunkan CRP?

Cara yang sama untuk mengurangi risiko penyakit jantung dapat diterapkan oleh Anda untuk menurunkan kadar CRP. Mengonsumsi buah dan sayuran, berolahraga secara rutin, menjaga berat badan tubuh, mengontrol tekanan darah, dan menghindari rokok adalah cara yang paling penting guna menurunkan produksi CRP.

Bicaralah dengan dokter Anda mengenai perawatan yang dapat membantu Anda. Pasien yang diberikan obat statin penurunan kolestrol dalam dosis tinggi juga dapat mengalami turunnya kadar CRP dalam tubuh serta menurunkan risiko terkena serangan jantung, menurut studi New England Journal of Medicine.

Jika serangan jantung dan stroke suatu saat terjadi kepada Anda, saat inilah yang tepat untuk bertindak. Dengan menjaga pola hidup sehat dan bekerja dengan dokter, Anda dapat menjaga jantung Anda—dan tentunya hidup Anda.

 

Source : https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/serangan-jantung/pengaruh-protein-c-reaktif-terhadap-jantung-anda/

Berapa lamanya kadar alkohol bertahan dalam tubuh tergantung pada jenis tes apa yang dilakukan. Berikut ini adalah perkiran rentang waktu sampai kapan alkohol dapat dideteksi dengan

masing-masing tes yang dilakukan :

  1. Dalam napas ; Alkohol dapat dideteksi dalam napas melalui tes breathlyzer hingga 24 jam ke depan setelah minum alkohol
  2. Dalam urine ; Alkohol dapat dideteksi dalam urine selama 3- 5 hari melalui tes etil glukonorida (EGT) metabolit. Sedangkan melalui cara tradisional, kadar alkohol masih akan terdeteksi dalam urine hingga 10-12 jam setelah Anda minum-minum.
  3. Di dalam aliran darah ; Alkohol dapat dideteksi dalam tes darah hingga 12 jam setelah minum alkohol. Umumnya, untuk tahu berapa kadar alkohol dalam darah harus dilakukan tes laboratorium.
  4. Di air liur ; Dalam tes air liur, kadar alkohol masih bisa dideteksi positif hingga 1-5 hari ke depan.
  5. Di rambut ; Ya, alkohol masih dapat dideteksi dalam tubuh saat tes obat folikel rambut hingga 90 hari sesudah Anda menenggak minuman beralkohol.

Bagaimana minuman beralkohol diserap dalam tubuh?

Saat Anda mengonsumsi minuman beralkohol, pertama-tama alkohol akan masuk ke dalam sistem pencernaan. Akan tetapi, alkohol tidak dicerna seperti makanan dan minuman lainnya. Sekitar 20 persen alkohol dari segelas minuman Anda langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Dari pembuluh darah langsung dibawa ke otak. Sedangkan 80 persen sisanya masuk ke dalam usus halus, selanjutnya baru masuk ke aliran darah.

Ketika alkohol masuk ke aliran darah, tubuh akan mulai memprosesnya dengan kecepatan 20 mg/dL per jam. Itu berarti kalau kadar alkohol dalam darah Anda ada 40 mg/dL, maka diperlukan waktu sekitar 2 (dua) jam untuk memecah dan memproses alkoholnya.

Tubuh cenderung menyerap alkohol lebih mudah daripada mengeluarkan alkohol. Tubuh hanya bisa mengeluarkan atau membersihkan kadar alkohol sebesar 0,016 persen setiap jam.

Contohnya, seseorang yang berat badannya 68 kg minum segelas alkohol. Orang tersebut akan mengalami peningkatan kadar alkohol dalam darah sekitar 0,02 persen tapi tubuhnya hanya bisa mengeluarkan kadar alkohol 0,016 persen setiap jam. Oleh karena itu, jika Anda minum lebih dari satu gelas per jam, maka konsentrasi alkohol dalam darah (blood alcohol concentration) Anda akan terus meningkat dengan cepat.

alcofind AF-23 deteksi kadar alkohol dalam darah melalui hembusan napasalcofind AF-33 deteksi kadar alkohol dalam darah melalui hembusan napas

Bagaimana tubuh mengeluarkan alkohol?

Tahap terakhir, alkohol di dalam tubuh akan dibuang keluar melalui proses penyaringan yang dilakukan organ hati. Jika ada gangguan pada organ hati Anda, maka proses pembersihan alkohol ini akan melambat atau terganggu. Tingkat metabolisme ini juga akan dipengaruhi oleh ukuran hati Anda dan seberapa sehat kondisi hati Anda.

Tubuh memproses alkohol dengan melakukan oksidasi etanol dari senyawa asetaldehida menjadi asam asetat, kemudian asam asetat diubah menjadi karbon dioksida dan air. Sekitar 5 persen alkohol yang Anda minum nanti akan dikeluarkan oleh tubuh melalui keringat, napas, urine, feses, maupun air liur.

Apa saja yang memengaruhi kemampuan tubuh mencerna alkohol?

Seberapa lama alkohol dicerna dalam tubuh setiap orang sebenarnya berbeda-beda. Ini semua tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi kesehatan. Lebih jelasnya, berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhi seberapa cepat tubuh mengolah alkohol.

  • Jenis kelamin. Dalam sebuah penelitian oleh tim ahli dari John Hopkins University, perempuan lebih cepat mencerna alkohol daripada laki-laki.
  • Massa lemak dalam tubuh.
  • Usia. Sistem pencernaan anak-anak masih dalam tahap perkembangan sehingga belum bisa mencerna alkohol sebaik orang dewasa.
  • Seberapa banyak alkohol yang Anda minum.
  • Kandungan lemak dari makanan sebelumnya yang Anda makan.
  • Obat-obatan tertentu yang dikonsumsi.
  • Seberapa cepat Anda meminum alkohol tersebut.

 

Source : https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/kadar-alkohol-dalam-tubuh/

Kerusakan jantung

Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat melemahkan otot jantung. Akibatnya, aliran darah ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Alkohol bisa mengakibatkan kardiomiopati yang ditandai dengan sesak napas, detak jantung tidak teratur (aritmia), kelelahan, dan batuk yang terus menerus. Tak hanya itu, alkohol juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan hipertensi.

Peradangan pankreas (pankreatitis)

Terlalu banyak alkohol di dalam tubuh membuat pankreas mengalami penumpukan enzim. Penumpukan enzim berlebih di dalam pankreas ini akhirnya bisa menyebabkan peradangan atau yang disebut dengan pankreatitis. Pankreatitis akut biasanya ditandai dengan berbagai gejala seperti sakit perut, mual, muntah, detak jantung meningkat, diare, dan demam. Jika dibiarkan dan kebiasaan minum alkohol tidak dihentikan maka bukan tidak mungkin nyawa Anda menjadi terancam.

Merusak otak

Alkohol dapat menyebabkan kerusakan otak dengan memperlambat penyaluran informasi antar saraf. Selain itu, kandungan etanol di dalam minum minuman ber-alkohol juga dapat menyebabkan kerusakan spesifik pada beberapa area otak.

Akibatnya, Anda akan mengalami serangkaian gejala seperti perubahan perilaku dan suasana hati, kecemasan, hilang ingatan, hingga kejang. Bahkan, orang yang telah ketergantungan alkohol bisa mengalami berbagai komplikasi masalah otak, salah satunya halusinasi.

Infeksi paru-paru

Saat Anda sudah kecanduan alkohol, daya tahan tubuh perlahan dapat melemah. Akibatnya beberapa organ tubuh, termasuk paru-paru, akan kesulitan untuk melawan bakteri dan virus penyebab penyakit. Itu sebabnya pecandu alkohol (alkoholisme) lebih rentan terhadap infeksi penyakit pernapasan seperti TBC dan juga pneumonia.

Kerusakan hati

Hati berfungsi untuk menyaring racun dan limbah tak terpakai sehingga tidak menumpuk dalam tubuh. Namun, konsumsi minuman keras yang berlebihan dapat memperlambat kerja hati tersebut sehingga menimbulkan gangguan hati.

Dikutip dari Medical Daily, sekitar satu dari tiga kasus transplantasi hati di Amerika Serikat berawal dari penyakit hati yang disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih. Selain itu, sirosis hati karena konsumsi alkohol berlebih menjadi penyebab kematian ke-12 terbanyak di Amerika tahun 2009.

Kerusakan ginjal

Efek diuretik pada alkohol dapat meningkatkan jumlah urine yang diproduksi tubuh. Akibatnya, ginjal kesulitan untuk mengatur aliran urin dan cairan tubuh termasuk distribusi ion natrium, kalium, dan klorida ke seluruh tubuh. Kondisi ini bisa mengganggu keseimbangan elektrolit di dalam tubuh yang menyebabkan Anda mengalami dehidrasi.

 

Source : https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/bahaya-alkohol-pada-tubuh/

Enzim jantung adalah enzim yang berperan dalam menunjang kerja otot jantung. Saat terjadi kerusakan, seperti pada serangan jantung, maka enzim ini akan meningkat jumlahnya dalam darah. Oleh karena itu, pemeriksaan enzim jantung sering dilakukan sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis serangan jantung.

Saat seseorang mengeluhkan nyeri dada yang dicurigai sebagai serangan jantung, maka dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk tes enzim jantung. Semakin banyaknya jumlah enzim jantung yang terdapat di dalam darah menunjukkan semakin besarnya kerusakan yang terjadi di jantung pasien.

Beberapa jenis enzim jantung dan protein yang sering diperiksa oleh dokter pada saat seseorang dicurigai menderita serangan jantung yaitu:

  1. Kreatin kinase (creatine kinase/CK) Enzim ini terdapat pada jaringan tubuh seperti otot rangka, serta organ jantung dan otak. Peningkatan enzim CK dapat menandakan kondisi serangan jantung. Kadar CK mulai terdeteksi di darah dalam waktu 4~6 jam setelah otot jantung rusak, dan akan meningkat hingga 24 jam setelah serangan jantung.Meski begitu, CK juga bisa meningkat pada beberapa kondisi lain, seperti rhabdomyolisis, infeksi, kerusakan ginjal, dan distrofi otot.
  2. Troponin Troponin adalah sejenis protein yang terdapat pada jantung dan otot. Ada 3 jenis troponin, yaitu troponin T, C dan I, namun yang diperiksa secara spesifik berbarengan dengan enzim jantung adalah troponin T dan I. Kadar troponin dapat meningkat dalam waktu 2~26 jam setelah kerusakan otot jantung.Selain karena serangan jantung, kadar troponin juga bisa meningkat ketika terjadi peradangan dan kerusakan otot jantung akibat penyakit lain, seperti miokarditis. Oleh karena itu, kini tersedia pemeriksaan troponin khusus yang disebut high-sensitivity cardiac troponin (hs-cTn). Jenis pemeriksaan ini dapat mendeteksi kerusakan jantung akibat serangan jantung dengan lebih baik.
  3. Myoglobin Merupakan protein yang terdapat pada otot rangka dan otot jantung. Kadar myoglobin akan meningkat dalam waktu 2~12 jam setelah serangan jantung, dan kembali menurun ke kadar normalnya dalam waktu 24~36 jam setelah serangan jantung.

Karena bisa meningkat pada kondisi penyakit lain, kadar myoglobin sering kali diperiksa bersamaan dengan enzim jantung dan pemeriksaan jantung lain, misalnya EKG untuk mendiagnosis serangan jantung.

Dalam prakteknya, diagnosis serangan jantung tak hanya didasari dari hasil pemeriksaan enzim jantung saja, namun juga membutuhkan pemeriksaan fisik oleh dokter, ditambah tes penunjang lain, seperti EKG, angiografi, dan kateterisasi jantung.

Prosedur Pemeriksaan Enzim Jantung

Prosedur pemeriksaan enzim jantung cukup sederhana dan tidak ada persiapan khusus yang dibutuhkan, misalnya harus berpuasa terlebih dahulu atau berhenti mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Hanya saja, dokter akan menanyakan beberapa hal penting mulai dari riwayat penyakit jantung dari keluarga atau yang mungkin dialami oleh pasien sebelumnya, riwayat konsumsi obat-obatan, hingga gejala yang dirasakan pasien sebelum melakukan pemeriksaan enzim jantung.

Pada dasarnya, pemeriksaan ini sangat mirip dengan tes darah, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Dokter atau petugas medis akan mengikat lengan pasien dengan tourniquet untuk memperlambat aliran darah dan menjadikan pembuluh vena lebih terlihat.
  • Petugas medis mengidentifikasi letak pembuluh vena, lalu membersihkan area yang akan disuntik dengan dengan alkohol.
  • Petugas medis mulai mengambil darah menggunakan jarum suntik.
  • Setelah darah selesai diambil dan jarum suntik ditarik keluar dari pembuluh darah, petugas medis akan menempelkan kain kasa atau plester untuk menutupi bekas suntikan.

Pengobatan Serangan Jantung

Saat merasakan gejala serangan jantung seperti nyeri dada berat yang menjalar ke lengan atau leher, berkeringat dingin dan lemas, maka pasien perlu segera berobat ke IGD rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut dari dokter.

Jika hasil pemeriksaan enzim jantung memastikan pasien mengalami serangan jantung, dokter akan memberikan pengobatan seperti memasang infus dan memberikan oksigen, obat pengencer darah, clopidogrel dan obat-obatan untuk menghancurkan sumbatan pada pembuluh darah jantung.

Dalam kasus tertentu, setelah mendapat perawatan di UGD pasien akan dirujuk ke dokter jantung untuk melakukan kateterisasi jantung atau operasi jantung. Setelah itu, pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk dipantau kondisinya.

Selama dirawat, dokter akan memonitor kondisi pasien dan memeriksa enzim jantung secara berkala untuk menilai kondisi jantung.

Setelah diperbolehkan pulang, dokter juga akan menyarankan pasien untuk menjalani pola makan dan gaya hidup sehat guna memelihara kembali kesehatan jantungnya dan mengurangi risiko terkena serangan jantung berulang.

Source : https://www.alodokter.com/memahami-enzim-jantung-dan-kaitannya-dengan-serangan-jantung

 

 

Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang jatuh pada tanggal 12 November dicanangkan sebagai peringatan berharga bagi bangsa Indonesia untuk tetap fokus dan bersemangat dalam membangun bangsa, khususnya di bidang kesehatan. Tahun ini HKN menekankan tema besar yaitu “Generasi Sehat, Indonesia Unggul”. Tema peringatan HKN ke-55 ini menggambarkan pentingnya upaya bersama seluruh pemangku kepentingan pada pelaksanaan pembangunan kesehatan secara komprehensif. Hal ini tentunya  untuk mempersiapkan generasi sehat untuk Indonesia unggul pada tahun 2045.

Untuk menjadikan Indonesia yang unggul diperlukan generasi yang sehat dari segala usia. Selain itu dengan tetap memastikan sumber daya manusia (SDM) yang sehat lahir dan batin. SDM harus kompetitif dalam karakter yaitu pekerja keras, jujur, kolaboratif, solutif, dan berjiwa bisnis. Disamping itu juga perlu disambung dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dan inovatif. Dalam pembangunan kesehatan dapat dimulai dari hal kecil yaitu melalui penerapan pola hidup sehat dan terlibat aktif dalam jaminan kesehatan nasional untuk dapat mencapai layanan kesehatan yang kuat.

Pembangunan kesehatan sebagai pelaksanaan amanat Undang-Undang Dasar tahun 1945 telah mencapai hasil yang menggembirakan. Ini terlihat dari adanya peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPKM) dan Usia Harapan Hidup. IPKM Tahun 2018 menunjukkan bukti nyata capaian pembangunan kesehatan dengan menurunnya angka stunting. Angka stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan.

Namun, ternyata permasalahan stunting masih menjadi momok yang sering dibahas karena terbilang cukup sulit untuk ditangani. Diketahui bahwa World Health Organization (WHO) menghimbau bagi setiap negara untuk dapat menurunkan angka stunting sebesar 20 persen. Sementara, di Indonesia sendiri dalam kurun waktu 5 tahun terakhir hanya berhasil munurunkan hampir 10 persen. Meskipun demikian, hal ini dirasa cukup menggembirakan bagi pembangunan kesehatan di Indonesia.

HKN yang sudah menginjak lebih dari setengah dekade ini diharap menjadi tahun penurunan stunting. Sebab dengan turunnya stunting, anak-anak bisa tumbuh menjadi generasi yang premier. Koloni generasi yang sehat akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang kuat. Menguatkan komitmen menjalankan pola hidup sehat, rajin berolahraga, istirahat teratur, serta mengonsumsi pangan bergizi seimbang menjadi cakupan wajib untuk generasi sehat.

Momentum Hari Kesehatan Nasional ke-55 ini juga sebagai pengingat publik bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya akan terwujud. Ini dapat terjadi apabila ada kesinambungan antar semua komponen bangsa mulai dari masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan swasta.  Seluruh komponen bangsa turut berperan secara aktif dalam upaya kesehatan, dengan lebih memprioritaskan promotif-preventif dan semakin menggalakkan serta melembagakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.

PT Medisindo Bahana ikut berpartisipasi dalam acara Jakarta Diabetes Meeting (JDM) dilaksanakan pada tanggal 16~17 November 2019 di Hotel Sheraton, Gandaria City

Seperti biasa, tahun ini PT Medisindo Bahana ikut serta berpartisipasi pada acara Hospital Expo (Hospex) 2019, selama tanggal 23~26 Oktober 2019 di Assembly Hall No. 189~191, JCC

Melakukan cek darah secara rutin untuk penderita diabetes memiliki banyak kegunaan dimana salah satunya adalah untuk mengevaluasi terapi pengobatan yang sedang digunakan

Pemeriksaan gula darah rutin pada penderita diabetes untuk membantu mengontrol kadar gula dan mencegah komplikasi seperti gagal ginjal,serangan jantung dan stroke. Namun mengontrol kadar gula darah dalam tubuh tidak hanya diperuntukkan para penderita diabetes saja, setiap orang perlu mengontrol kadar gula darah dalam tubuh sehingga terhindar dari penyakit diabetes. Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemeriksaan gula darah digital.

Jenis-jenis Diabetes

  1. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun, pemicu timbulnya autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti, dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.

  1. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.

  1. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional terjadi khusus pada ibu hamil, yang disebabkan oleh perubahan hormon dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan.

 Gejala diabetes

Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja.sedangkan pada diabetes tipe 2 banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa  mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan 2 meliputi :

  • Sering merasa haus
  • Sering buang air kecil, terutama dimalam hari
  • Sering merasa sangat lapar
  • Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas
  • Berkurangnya massa otot
  • Terdapat keton dalam urine. Keton adalah sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak menggunakan gula sebagai sumber energi
  • Lemas
  • Pandangan kabur
  • Luka yang sulit sembuh
  • Sering mengalami infeksi, misalnya pada kulit ,gusi, vagina atau saluran kemih

Beberapa gejala juga bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain :

  • Mulut kering
  • Rasa terbakar, kaku dan nyeri pada kaki
  • Gatal-gatal
  • Disfungsi ereksi atau impotensi
  • Mudah tersinggung
  • Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan
  • Munculnya bercak-bercak hitam di area leher , ketiak dan selangkangan (akantosis nigricans) sebagai tanda terjadinya resisten insulin

 Faktor resiko diabetes

Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor seperti :

  • Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1
  • Menderita infeksi virus
  • Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain
  • Berpergian kedaerah yang jauh dari khatulistiwa ( ekuator )
  • Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4 – 7 tahun dan 10 – 14 tahun , walaupun diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun

Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki factor-faktor resiko seperti:

  • Kelebihan berat badan
  • Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2
  • Kurang aktif .aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan,membakar glukosa sebagai energi dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2
  • Usia, risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia
  • Menderita tekanan darah tinggi ( hipertensi )
  • Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoprotein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2

 

"Kontrol Gula Darah Sejak Dini, Masa Depan Anda Terlindungi"

Diagnosis Diabetes

Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terekena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Diantaranya adalah:

  • Orang yang berusia di atas 45 tahun
  • Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil
  • Orang yang memilki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25
  • Orang yang sudah didiagnosis menderita pre-diabetes

Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk melakukan tes gula darah pada waktu dan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain:

  1. Tes gula darah sewaktu→ Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dl atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes.
  2. Tes gula darah puasa→ Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur kadar gula darahnya. Kadar gula darah puasa :

Normal : ≤100 mg/dl

Prediabetes : 100 – 125 mg/dl

Diabetes : ≥125 mg/dl

  1. Tes toleransi glukosa → Tes ini meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani tes gula darah puasa, setelah tes dilakukan pasien akan diberikan larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Kadar gula darah toleransi glukosa :

Normal : ≤ 140 mg/dl

Diabetes : ≥ 200 mg/dl

  1. Tes HbA1C (glycated haemoglobin test ) → Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang.tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada haemoglobin ,yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah.Dalam tes ini pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Kadar tes HbA1C :

Normal : ≤ 5,7 %

Prediabetes : 5,7 – 6,4%

Diabetes : ≥ 6,5%

 

Komplikasi diabetes

Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah :

  • Penyakit jantung
  • Stroke
  • Gagal ginjal kronis
  • Neuropati diabetic
  • Gangguan penglihatan
  • Depresi
  • Demensia
  • Gangguan pencernaan
  • Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
  • Kerusakan kulit akibat infeksi bakteri dan jamur

 Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah pre-eklamsia. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah :

  • Kelebihan berat badan saat lahir
  • Kelahiran premature
  • Gula darah rendah (hipoglikemia)
  • Keguguran
  • Penyakit kuning
  • Meningkatnya resiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa

 Pencegahan diabetes

Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui.sedangkan diabetes tipe 2dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, diantaranya adalah :

  • Mengatur frekuensi dan menu makan menjadi lebih sehat
  • Menjaga berat badan ideal
  • Rutin berolahraga
  • Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam setahun

Peranan alat cek gula darah dalam penanganan diabetes

Tersedianya alat cek gula darah saat ini sangan membantu untuk mengetahui gula darah dengan cepat sehingga dapat dilakukan tindak lanjut dengan cepat bila terdapat kadar gula darah yang tinggi, memungkinkan penderita diabetes mengontrol kadar gula darah setiap hari dan membantu dokter/petugas kesehatan untuk mengetahui kadar gula darah penderita diabetes sehari-hari. Diharapkan penderita diabetes dapat menjaga kadar gula darahnya normal sehingga terhindar dari komplikasi diabetes seperti stroke,penyakit jantung, gagal ginjal, kebutaan dan kerusakan saraf. Sehingga kualitas hidup penderita diabetes dapat lebih baik.ada banyak merk alat cek gula darah yang dijual dipasaran, salah satunya produk GlucoDr Auto A yang sudah standart ISO 15197:2013 dengan garansi seumur hidup.

alat cek kadar gula gluco dr

PT Medisindo Bahana ikut partisipasi pada Patologi Klinik 2019 yang di selenggarakan pada tanggal 23~25 Agustus 2019 di Hotel Raffles, Jl. Prof. DR. Satrio, Kav. 3 – 5 Kuningan, Jakarta Selatan

Layanan Pelanggan

Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami :

Tel : +62 21 4250665    Fax : +62 21 4250703

Email : medisindo@medisindo.co.id

glucodr official glucodr official